94 tahun yang lalu, pada 28 Oktober 1928, berlangsung Kongres Pemuda II yang menjadi pemicu lahirnya Sumpah Pemuda. Momentum Sumpah Pemuda menjadi salah satu titik balik perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Sebab saat itu Indonesia masih terpecah belah sehingga para pemuda belum memahami siapa musuh mereka dan bersatu untuk melawannya. Persatuan itu kemudian ditandai dengan momen Sumpah Pemuda.
Sebelum lahirnya Sumpah Pemuda, sudah mulai bermunculan organisasi pemuda seperti Perhimpunan Indonesia (1908), lalu Tri Koro Darmo (1915). tetapi waktu itu para pemuda masih terpecah dalam beberapa organisasi kedaerahan, seperti Jong Java, Jong Sumatra, dan lain-lain. Kemudian tumbuhlah kesadaran baru di kalangan pemuda karena musuh yang dihadapi mereka sama, yaitu penjajah. Kesadaran itulah yang menyebabkan mereka berusaha menggalang persatuan dalam sebuah kesadaran baru. Pada 1926, diselenggarakan Kongres Indonesia Muda pertama (Kongres Pemuda I). Namun pada kongres itu belum melahirkan sumpah pemuda. Sumpah Pemuda baru lahir dua tahun kemudian. Pada 1928, Moh Yamin menerbitkan sebuah kumpulan sajak berjudul Indonesia, Tumpah Darahku. Hal itu menimbulkan perubahan kesadaran para pemuda pada Kongres Indonesia Muda kedua (Kongres Pemuda II). Kongres Pemuda II diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928. Kongres itu melahirkan sebuah deklarasi yang dikenang hingga saat ini. Tokoh yang berjasa dalam merumuskan deklarasi itu adalah Moh Yamin. Saat kongres berlangsung, dia menuliskan gagasan “Sumpah Pemuda” dalam sebuah kertas. Kertas itu kemudian dia sodorkan kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat Ketua Kongres.
Deklarasi bernama Sumpah Pemuda itu lahir setelah para peserta menyatakan sebuah kesepakatan bersama akan pentingnya persatuan pemuda. Berikut ini isi teks keputusan Kongres Pemuda II: Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.